Senin, 30 April 2012

3 PILAR PENILAIAN DALAM IMKOBAL


Di tulis oleh Sekretaris IMKOBAL ; Indra Pradya

Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir sering saya menyimak fenomena fenomena baru yang muncul di kalangan generasi muda. Ada sekumpulan Pemuda yang dengan giat dan penuh kreativitas berkarya usaha dalam industry kreatif ; Event Organizer, Production House, Wedding Gallery, Music Event, dan lain sebagainya.  Selain itu, ada pula anak muda yang giat melaksanakan beragam impian dan cita cita mereka melalui ketekunan mengikuti beragam ajang perlombaan, entah itu di skala lokal maupun nasional, bahkan sampai pada taraf internasional.  Saya punya beberapa teman yang dengan aktif dan penuh semangat selalu menargetkan diri berhasil di beberapa cabang  kompetisi. Lalu ada pula fenomena anak anak muda yang gemar berkarya di bidang musik atau dunia panggung. Sebutlah beberapa band kenamaan yang muncul pada periode 2005 hingga kini, semuanya di dominasi oleh band band baru yang masih muda dengan karya yang sangat variatif dan segar. Begitu pun dengan industri film dan hiburan lainnya. Singkatnya, menurut pengamatan saya, Sosok muda kini ini sangatlah berperan besar. Bahkan anak muda di elu elu kan sebagai pihak yang membawa progress perubahan secara signifikan dalan beberapa sudut kehidupan.
Tapi, di balik peningkatan peran pemuda di beragam kancah tersebut. Masih banyak pula kita jumpai sosok sosok muda yang jauh dari harapan. Dibalik prestasi gemilang para pemuda Indonesia di tingkat internasional, ada pula sosok muda di negeri ini yang masih berjibaku dengan jatidirinya sendiri. Masih belum memahami konsep dasar kehidupan dirinya dan masa depannya.  Ada pula sosok yang hanya mengikuti arus, menjadi pengikut kebanyakan orang lainnya.  Ada pula yang  menenggelamkan diri dalam hiruk pikuk kehidupan sampai pada pergaulan bebas, dan narkoba  yang berujung pada penjara atau tanah makam. Menyedihkan.
Berdasarkan kelompok muda yang tidaklah menyenangkan tadi, saya berfikir bahwa memang setiap individu perlu sebuah pedoman yang kuat dalam mengisi dan menata hidupnya untuk tujuan yang jelas di masa mendatang, selain peran Agama sebagai pondasi dasar dan orang tua sebagai pengontrol aktivitas dan sosial setiap individu muda tersebut.
ASPEK PENILAIAN
Pada tahun 2009, dalam keterlibatan saya  di ajang pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung sejak tahun 2003 hingga kini, saya mengusulkan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung sebagai institusi yang menaungi gerak dan karya Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung yang tergabung dalam Ikatan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung (IMKOBAL) untuk melakukan perobakan yang jelas pada system penyeleksian dan penilaian sosok sosok terbaik dalam ajang Pemilihan yang bersifat tahunan tersebut.  Sistem penilaian tersebut meliputi dari sejak pencarian yang kemudian di sebut audisi hingga pada proses akhir yakni kegiatan finalis dan malam final, sampai pada beragam rancangan kegiatan pasca acara berakhir yang di rancang guna menempa setiap pribadi menjadi lebih matang dalam bersosialisasi dan bekerja menghasilkan karya.  Dan berangkat dari itulah, sistem penilaian yang semula berdasar pada 3B (Brain, Beauty and Behavior) yang telah sejak lama di dengung dengungkan untuk sebuah kompetisi ‘Icon’ atau kecantikan, saya usulkan untuk  menjadi sebuah konsep atau sistem penilaian yang lebih spesifik berbasis pada kebutuhan kehidupan secara universal.  Karena jika mengacu pada Brain, belum lah terlalu spesifik, Brain/Otak seperti apa ?, apakah pintar secara Brain/Otak menjadi jaminan seseorang akan mudah bersosialisasi, berkarya dan di terima masyarakat atau team work?. Kedua menyangkut Beauty/Kecantikan/Tampilan, dalam hal ini cantik yang di maksud adalah cantik yang seperti apa ?, apakah cantik ada standarnya ?, apakah cantik yang di maksud seperti Dian Sastro ?, atau seperti Tamara Belzinsky ?. Artinya cantik disini yang saya artikan adalah relative. Ketika kecantikan di tataran Afrika tentu lain persepsi dengan kecantikan di dataran Eropa atau di India, terlebih lain pula jika cantik dalam arti kata versi adab ketimuran – Indonesia. Selain itu aspek bias lainnya adalah Behavior. Behavior atau manner atau attitude yang di maksud pun belum lah jelas dan begitu mengena pada sasaran yang di harap. Selama ini, banyak yang berfikir, bahwa Kelakukan baik yang seperti apa yang di harapkan bagi sosok muda unggul. Apakah kelakukan baik yang hanya di depan orang orang yang harus di baiki sehingga kemudian menjadi aroga ketika berhadapan dengan masyarakat biasa atau orang orang kelas menengah kebawah?, apakah kelakukan baik yang di buat  buat sehingga tutur kata dan perbuatan segalanya di atur agar terlihat sempurna dan Nampak seperti sosok yang baik baik padahal semuanya adalah palsu ?. Semua tidak begitu spesifik.
Berdasarkan analiasa 3B yang belum spesifik itu lah, saya mengusulkan pada IMKOBAL dan Dinas Kebudyaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung kala itu untuk segera melakukan perombakan standard penilaian dengan seksama. Mengingat harapan nya adalah sosok sosok muda handal hasil pemilihan ini kelak akan di tuntut untuk menghasilkan karya nyata yang berguna dan berdampak baik bagi masyarakat luas, tidak hanya untuk dirinya sendiri sebagai pemenang, atau malah hilang setelah ajang berlangsung.
MENTALITY
Landasan pertama dan utama dari sosok muda handal yang saya harapkan dari ajang Pemilihan Muli Mekahani Kota Bandar Lampung adalah harus memenuhi standar Mentality yang baik.  Mentality adalah penerjemahan dari kata pertama pada konsep 3B , yakni Brain. Mentality atau Mentalitas seseorang sangatlah berpengaruh pada kualitas seorang individu tersebut. Di tengah maraknya gempuran budaya barat dan gaya hidup yang glamour dan asing saat ini, Mentalitas memiliki peranan penting dalam penunjang kehidupan selain Agama dan Keluarga. Mentalitas adalah penentu dari kesuksesan seseorang. Konsep mental ini sebenarnya saya adopsi dari pemikiran pemikiran beberapa ahli akan ilmu mentality yang telah jauh lebih dulu berkata sebelum saya.  Tapi dalam hal sebuah ajang pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung, Mentalitas sebuah penentu mutlak dan pembanding daya juang yang lain. Karena dalam Mentalitas seseorang di tuntut untuk memiliki Daya Saing, Daya Juang, Daya Kompetisi dan Daya Fikir dan Konsep hidup yang jelas. Mental juga berpengaruh pada Spirit/Semangat dalam hidup. Bayangkan  saja, hanya orang orang yang bermental baik lah yang mampu menghadapi sebuah kompetisi hingga tuntas. Jika anda bermental tempe, maka jangankan sampai tuntas, baru datang ke tempat perlombaan saja sudah takut, panas dingin dan akhirnya pergi meninggalkan arena sebelum berlaga. Kalah sebelum Perang. Sama hal nya dengan cakupan Mental. Hanya orang orang bermental baiklah yang tidak mudah down hanya karena hal hal sepele. Kini, banyak  anak muda yang terpegaruh tontonan dan gaya hidup yang memudahkan mereka untuk BeTe – Bad Mood, tak berselera untuk melakukan apa apa jika sudah bad mood, itu semua terjadi karena mereka memiliki Mental yang lemah, mental tempe, mental rendah lebih rendah dari orang yang bertubuh rendah bahkan sama halnya dengan mereka yang kelak akan sakit jiwa dan tinggalnya di rumah sakit jika. Begitulah sekiranya Mentalitas mempengaruhi segala kemampuan diri. Mental rusak akan mempengaruhi terhadap kinerja seseorang.  Hanya orang orang bermental baja lah yang berusaha dengan segenap jiwa raga sampai titik darah penghabisan. Karena Mental juga menentukan Daya Juang, Daya Fikir bahkan berpengaruh terhadap cara seseorang memandang dirinya.  Tak mungkin seseorang dapat Percaya Diri jika mentalnya rusak. Mentalnya di penuhi dengan prasangka prasangka dan standar standar ideal manusia yang sangat di rekayasa. Dan sekali lagi. Tak akan mungkin seseorang bisa menggunakan Brain/Kepiawaian atau kepintarannya dengan maksimal dan tepat jika Mental nya terganggu.

PERSONALITY.
Aspek kedua dari 3 pilar yang saya usulkan adalah Personality. Personaliti/Kepribadian atau lebih tepatnya adalah bagaimana tampilan diri secara keseluruhan merupakan penjelasan spesifik dari kata Beauty yang masuk dalam kategori 3B yang sangat di agung agungkan banyak pihak tapi belum begitu spesifik penerapannya.  Personality bukan hanya menyangkut tampilan diri, Personality pula tidak melulu membicarakan bagaimana berpakaian yang baik saja tapi juga meliputi manner, Etika dan Etiquet, Kematangan Personal atau pribadi seseorang. Penampilan anak kuliahan dan anak SMA tentulah beda, tapi belum tentu anak kuliahan memiliki kematangan dalam berpenampilan ketimbang anak anak SMA. Dan ajang Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung kerap membuktikan.  Keterlibatan anak anak SMA tidak buruk seperti yang orang fikirkan sebelumnya.  Anak SMA yang identik dengan dunia remaja namun menyimpan banyak Personal atau pribadi pribadi yang matang, jauh lebih matang dari usia mereka yang sebenarnya masih belasan. Berbanding terbalik dengan anak anak Kuliahan yang cendrung santai dan lebih memilih bermain aman, ketimbang melakoni babak kompetisi dalam fase kehidupannya.  Meski sosok pribadi kuliahan tak semuanya buruk, ada pula yang baik. Tapi Personality seseorang tidak terlihat hanya dari tampilan luar semata, tetapi juga kematangan bersikap, berpenampilan, berperilaku dan kemudian berpengaruh pada cara pandang atau mind set seseorang di kemudian hari dalam kehidupannya.  Personality pula menyangkut tentang kepiawaian dan kematangan dalam berkomunikasi, public speaking, bertegur sapa, karena belum tentu anak kuliahan pandai berkomunikasi, bahkan anak SMA kini lebih mahir bertutur verbal dari pada anak kuliahan yang canderung banyak bertutur secara visual. Selain itu, personality pun menyangkut keharusan individu memahami dan menerapkan konsep Intrapersonal dan Interpersonal Skill yang harus di miliki oralh setiap manusia dalam berkehidupan. Karena keduanya menyangkut kemampuan mengenali dan menata diri serta kemampuan mengenali dan menata lingkungan luar.

TALENT.
Talent atau Bakat adalah penerjemahan dari maksud keseluruhan konsep 3B.
Bayangkan jika seseorang tidak memiliki satu bakat pun dalam hidupnya ?
Mau jadi apa dia itu ?!.
Seburuk buruknya kondisi fisik seseorang, saya sangat meyakini bahwa Tuhan yang maha pencipta dan penentu hidup umat itu pastilah memberikan bakat padanya.  Tak ada manusia yang di lahirkan kedunia tanpa bakat. Semua memiliki Bakat. Bakat tersebut memang ada yang sudah lebih dulu terlihat sejak kecil, tapi ada pula Bakat yang muncul karena proses dalam kehidupan.  Bakat berdagang misalnya, tentulah sebuah Bakat atau kemampuan yang terjadi karena proses kehidupan yang terus menerus membawa seseorang kepada kemampuan berdagang.  Tapi bakat dasar seseorang sudah pasti terlihat sejak kecil. Misal, bakat gemar bercerita, berbicara, bernyanyi, bakat suka bersosialisasi, bakat ringan tangan, suka menolong, bakat ramah tamah, sopan santun bahkan bakat makan lebih banyak dari orang orang kebanyakan lainnya.
Bakat juga bukan sesuatu yang instan.  Itu sebabnya saya sering terkaget jika ada anak muda usia 25 tahun tapi tidak tahu bakat nya apa ?, sama artinya dengan buat apa dia hidup selama 25 tahun jika tidak mengenali dirinya memiliki bakat apa. Semua orang punya bakat. Tapi tentu ada yang porsinya besar hingga terlihat sejak kecil, atau mereka yang bakatnya kecil sehingga perlu proses pengasahan bakat secara berkala. Sebutlah seseorang dengan bakat bernyanyi.  Tak semua orang terlahir seperti Mariah Carey, Celine Dion atau Beyonce yang sejak kecil memang memiliki suara merdu dengan lengkingan yang mencengangkan.  Ada pula sosok sosok yang memang harus berlatih rutin dan kerja keras sampai olah vocal ke sekolah vocal terbaik supaya bisa bernyanyi dengan keindahan suara hasil dari proses belajar nya tersebut.
Dan bakat pula menjadi pembeda seseorang dengan orang lain. Tengoklah Agnes Monica – untuk contoh celebrities di Tanah Air.  Sosok Agnes Monica telah kita tahu sejak kiprahnya pada usia belia di layar kaca. Agnes telah wara wiri memandu acara dan bernyanyi anak anak sama halnya dengan jajaran penyanyi anak anak sebaya Agnes kala itu ; Dea Ananda, Leony, Geovani, Puput Melati, Joshua, Tina Toon, dan lainnya.  Dan – tengoklah Agnes Monica sekarang di antara para nama anak anak teman sebayanya yang saya sebutkan tadi.  Lihat betapa Agnes jauh lebih gemilang dan memiliki posisi yang sangat jauh lebih tinggi ketiban anak anak sebayanya. Berdasarkan Fenomena tersebut secara garis besar mengatakan bahwa Bakat dan Talenta Agnes Monica jauh lebih unggul dan lebih besar ketimbang para penyanyi ‘ecek-ecek’ tersebut.  Agnes memiliki segalanya ; Mental yang kuat, Personality yang baik dan tentu di topang oleh Agama dan Keluarga yang sangat men-support-nya dengan segenap jiwa raga.  Itu baru satu contoh yang secara kasat mata bisa kita simak.  Belum lagi contoh contoh personal lain yang bisa kita bandingkan sebagai pembeda seseorang yang punya bakat dengan yang tidak punya bakat.  Lihatlah di sebuah pesta.  Hanya sosok sosok yang punya bakat berkomunikasi dengan baik lah yang mampu menguasai keadaan dan berkenalan dengan banyak orang ketimbang mereka yang bakatnya hanya makan atau hanya memilih diam di sudut ruangan sembari menjejali perut dengan makan gratisan.  Lalu liat pula orang orang yang memiliki bakat pasti jauh lebih mudah terkenal di kalangan kampus atau sekolah karena cetakan prestasi yang ia toreh berdasarkan bakatnya ketimbang anak anak lainnya yang hanya bisa bergaya dan mencela.  Bakat juga membuat seseorang jadi tidak biasa. Pembeda orang sukses dengan pecundang adalah bakatnya untuk jadi orang sukses. Pembeda orang  satu dengan orang lainnya adalah melalui bakatnya.  Bukankah pencari kerja melakukan jalur yang sama ; mengirim surat lamaran dan interview jika telah menerima panggilan interview.  Tapi hanya orang orang yang memiliki bakat yang relevan dengan posisi pekerjaan lah yang di terima dan di pekerjakan. Itu sama halnya dengan upaya keras yang kita lakukan sungguh sungguh hanya akan berhasil jika kita memiliki bakat menonjol dibanding orang orang yang berbakat ‘rata-rata’ . Jika anda belum mengetahui bakat anda, silakan cek apa yang menjadi minat terbesar dalam diri anda, dan kembangkan dengan tetap setia pada proses belajar dan berkarya.

1 komentar: